Sabtu, 17 Oktober 2015

ILMU-ILMU BANTU DALAM PENDIDIKAN


ILMU-ILMU BANTU DALAM PENDIDIKAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Karim, M.Pd









Disusun oleh :
1.      M. Iftah Hafara Maulana        (1410110046)
2.      Erina Estiani                            (1410110051)
3.      Utari Larasati                          (1410110052)
4.      Ristiana Nisa’                          (1410110074)
5.      Amalia Maulida                      (1410110075)
Kelompok 1
 


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab berbicara tentang pendidikan berarti membicarakan hidup dan kehidupan manusia. Dan pada hakikatnya manusia sangat membutuhkan pendidikan. Karena pendidikan itu penting bagi kehidupan manusia sebagai khalifah di dunia ini. Oleh karena itu, manusia diwajibkan untuk memiliki pendidikan. Dengan adanya sebuah kewajiban dalam memperoleh pendidikan tersebut, maka muncullah sebuah ilmu dalam pendidikan yang didukung oleh ilmu-ilmu bantu lainnya.
Pendidikan sebagai fenomena kemanusiaan telah difalsafikan sedemikian rupa sehingga membentuk berbagai konsep dan teori-tori yang menjadikannya sebagai ilmu, yaitu ilmu pendidikan.[1] Di dalam pendidikan ada kalanya dilakukan dengan cara formal dan non formal, dengan tujuan yang sama yaitu untuk mencerdaskan dan melakukan perubahan dalam diri manusia.
Didalam ilmu pendidikan telah diketahui bahwa terdapat ilmu-ilmu bantu lainnya yang dimana ilmu bantu ini berfungsi untuk mempermudah serta menunjang pendidikan agar terkonsep untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara perkembangan bidang ilmu pendidikan saat ini sangat pesat hingga penting dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu yang lain untuk menunjang keberlangsungan dalam bidang sain khususnya bidang ilmu pendidikan itu sendiri.
Di dalam makalah ini kami membahas tentang ilmu-ilmu bantu dalam pendidikan yang dimana ilmu bantu ini berfungsi untuk mempermudah serta menunjang pendidikan agar terkonsep untuk mencapai tujuan pendidikan.





B.     Rumusan Masalah
Untuk mempermudah memahami subtansi-subtansi dari makalah ini, maka kami membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari ilmu pendidikan?
2.      Apa saja ilmu-ilmu bantu dalam pendidikan?
3.      Bagaimana hubungan antara ilmu pendidikan dengan ilmu-ilmu bantu yang lain?

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Pendidikan
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaanya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang tinggi dalam arti mental.[2]
Sebagaimana halnya dengan pengertian pendidikan maka pengertian ilmu pendidikan juga terdapat banyak variasi batasan yang diberikan oleh para ahli:
1.    Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara
Ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan didik). Pemikiran ilmiyah bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
2.    Menurut Prof. M. J. Langeveld
Ilmu mendidik ialah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses atau situasi pendidikan.
3.    Menurut Dr. Sutari Imam Barnadib
Ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan.
4.    Menurut Prof. Brodjonegoro
Ilmu pendidikan atau paedagogie adalah teori pendidikan, perenungan tentang   pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogie adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.
            Demikian pengertian ilmu pendidikan yang dikemukankan oleh para ahli, yang pada dasarnya sepakat bahwa yang di maksud dengan ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan.[3]
B.     Ilmu-Ilmu Bantu dalam Pendidikan
   Adapun ilmu bantu dalam pendidikan adalah ilmu-ilmu yang dijadikan landasan untuk membantu proses pendidikan yang merupakan strategi, cara berpikir atau model berpikir dalam masalah pendidikan, ilmu-ilmu itu adalah:
1.    Ilmu-ilmu Agama
Pendidikan agama disekolah bertujuan untuk membina dan menyempurnakan pertumbuhan dan kepribadian anak didik, pendidikan agama disekolah meliputi dua aspek yang penting:
a.    Aspek pembentukkan (yang ditunjukkan kepada jiwa)
Tugas guru adalah menyadarkan anak didik tentang adanya Tuhan, melatih anak didik untuk melakukan ibadah, membiasakan anak didik untuk bersopan santun dan berakhlak yang mulia.
b.   Aspek Pengajaran Agama (ditunjukkan kepada fikiran)
Tugas guru adalah menunjukkan apa yang disuruh dan apa yang dilarang sesuai dengan ajaran agama. Jadi pendidikan agama tidak boleh lepas dari pengajaran agama, artinya pengetahuan, pemahaman, norma-norma, kewajiban-kewajiban, dan hukum-hukum yang berlaku.
                 Adapun contoh macam-macam ilmu agama yaitu:
1.      Ilmu tafsir
2.      Ilmu hadits
3.      Ilmu mustalah hadits
4.      Ilmu fiqh
5.      Ilmu ushul fiqh
6.      Ilmu kalam
7.      Ilmu tasawuf [4]

2.   Ilmu Filsafat
                             Ilmu filsafat ini dapat memberi inspirasi bagi para pendidikan untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan itu dan bagaimana cara mendidik serta peran didik. Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab dan mengembangkan komitmen diri, peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual mereka, guru harus bersifat demokratis dengan tehnik mengajar tidak langsung.
                             Diantara ilmu-ilmu lain yang bercabang dari filsafat dan dari logika (mantiq) sendiri adalah ilmu debat dan diskusi yang dikembangkan oleh ahli-ahli fiqih dan ahli-ahli kalam, yaitu kaum-kaum dan madzhab pemikiran Islam bertambah banyak.[5]

3.   Ilmu Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala/ proses-proses yang ada dijiwa manusia, jiwa adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, psikologi pendidikan perlu dipelajari oleh setiap calon guru karena dengan mempelajari psikologi anak dan remaja ia akan mendaptkan bantuan yang sangat berharga dalam mengembangkan tugasnya selaku pendidik.
Dalam proses belajar mengajar diantara hal penting yang harus dipehatikan guru adalah menyesuaikan materi pelajaran dengan anak didik (baik kondisi pisik atau psikis) untuk mengetahui kondisi psikis anak didik harus memahami masalah kejiwaan anak, yang hal ini dapat dipelajari melalui ilmu jiwa terutama ilmu jiwa perkembangan.

4.   Ilmu Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dengan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pendidikan yang diinginkan oleh mayarakat ialah proses pendidikan yang bisa memperhatikan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia untuk mewujudkan cita-cita, pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi, konsep teori sosiologi memberi petunjuk –petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat dan akrab sesama teman.
Menurut Allan Jhonson, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya memengaruhi sistem tersebut.

6. Ilmu Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapt didasari oleh konsep-konsep tertentu, sejarah dalam pendidikan merupakan motivasi yang kuat sebagai faktor penggerak dalam diri manusia dalam hal ini nilai-nilai masa lampau yang telah teruji oleh zaman, adapun fungsi sejarah adalah mengabdikan pengalaman-pengalaman masyarakat diwaktu yang lampau yang menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Perkembangan manusia adalah sama dengan perkembangan alam, mulai dari kuncup menjadi mekar, sehingga tugas pendidik adalah mengontrol pertumbuhan anak agar menuju kearah yang benar sebagai anak manusia baik dan juga harus mengetahui tingkatan-tingkatan perkembangan mental anak dengan baik, maka perlu mempelajari perkembangan mental jenis manusia dalam sejarah kehidupan.

7. Ilmu Ekonomi
Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukkan keberhasilan pendidikan, sebab ekonomi merupakan salah satu dari bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi dan keterampilan.
Dengan demikian ekonomi pendidikan yang berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi kehidupan manusia seperti diketahui anak-anak jika dewasa kelak kehidupannya tidak akan lepas adri kegiatan ekonomi, sebagaimana disebutkan diatas ekonomi cukup menentukkan keberhasilan pendidikan, sebab dengan ekonomi yang memadai:
a. Prasarana, sarana, media, alat belajar, dan kebutuhan lainnya terpenuhi
b. Proses belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan baik dan intensif
c.  Motivasi dan kegairahan kerja personalia pendidikan meningkat mereka siap pula untuk meningkatkan profesi.
Adapun fungsi ekonomi pendidikan adalah:
1.   Untuk menunjang kelancaran proses pendidikan
2.   Bahan pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi (memiliki etos kerja dan prokduktif).

5.   Ilmu Hukum
Hukum berarti melandasi atau mendasariatau titik tolak, landasan hukum dapat diartikan peraturan tertentu sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan, tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan, cukup banyak pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain seperti aturan kurikulum, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, apalagi bila dikaitkan dengan mengajar atau seni mendidik sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan sendiri oleh para pendidik, kegiatan pendidik yang dilandasi oleh hukum antara lain adalah calon siswa SD tidak harus lulusan TK, masyarakat harus membantu pembiayaan pendidikan adanya kerjasama antara masyarakat dan sekolah.

  1. Hubungan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu-Ilmu Lain
Meskipun ilmu pendidikan telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri tidak berarti terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, ilmu pendidikan tetap saling berhubungan dan memerlukan bantuan ilmu pengetahuan yang lain terutama ilmu-ilmu yang mendukung terhadap pencpaian tujuan ilmu pendidikan.





[1] Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise: Kudus, 2010, hal: 21
[2] Hendyat Soetopo. Pendidikan dan Pembelajaran, UMM Press: Malang, 2005, hal: 22
[3] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2013, hal: 7
[4] Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, Pustaka al-Husna Baru: Jakarta, 2003. hal: 26
[5] Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke-21, Pustaka al-Husna Baru: Jakarta, 2003. hal: 46

Jumat, 16 Oktober 2015

sejarah hadis dan perkembangan hadis dari masa ke masa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang Masalah
Hadits merupakan sumber kedua setelah Al-qur’an yang harus menjadi pedoman bagi setiap umat islam di seluruh dunia. Secara tidak langsung hadits merujuk pada permasalahan al-qur’an yaitu menjadi penjelas sehingga umat islam akan lebih memahami apa yang ada disalam al-qur’an tersebut.
Di zaman yang sudah teramat modern ini mempelajari hadits di rasa sangat di butuhkan apalagi sebagai mahasiswa yang  notabennya adalah pendidikan agama islam perlu mempelajari bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar dan bagaimana cara mematasinya. Dengan adanya hadits atau ilmu yang mempelajari tentang hadist ini akan jauh lebih membantu untuk mengambil solusi dari permasalahn yang ada.
Untuk itu, perlu adanya pengetahuan yang lebih luas lagi dalam mempelajari ilmu hadits ini. Pada pembahasan ini , akan menelaah serta memahami secara rinci  bagaimana sejarah hadits dan perkembangaannya dari masa ke masa.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sejarah ?
2.      Bagaimana sejarah hadis dan perkembangan hadis dari masa ke masa?
3.      Apa hikmah mempelajari sejarah hadis?
1.3.Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian sejarah
2.      Untuk mengetahui sejarah hadis dan perkembangannya dari masa ke masa
3.      Untuk mengetahui hikmah mempelajari hadis.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sejarah
Kata sejarah dalam bahasa Yunani adalah ἱστορία yang berarti penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh dengan investigasi. Sejarah adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, pengumpulan, pengorganisasian, dan penyajian informasi mengenai suatu peristiwa. Istilah-istilah tersebut meliputi kosmik, geologi, dan sejarah. Orang yang ahli mengenai sejarah disebut sejarawan
2.2. Sejarah dan perkembangan hadits dari masa ke masa.
            Jarak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadits sangat jauh, dan sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadits tersebut.Oleh karena itu, mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk di tolak. Perjalanan hadits pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama.
            Periodesasi sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits sebagai dasar syar’I kedua telah menempuh tujuh periodesasi.
1.      Hadits dalam periode pertama (Masa Rasulullah SAW)
Membicarakan hadits pada masa Rasulullah berarti membicarakan hadits pada awal pertumbuhannya.Rasulullah membina umatnya selama 23 tahun.Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu dan sekaligus diwujudkannya hadits. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran islam. Wahyu yang diturunkan Allah dijelaskannya melalui perkataan( aqwal), perbuatan (af’al), dan penetapan (taqrir). Sehingga apa yang di dengar, dilihat dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah dan ubudiah mereka. Rasulullah merupakan contoh satu-satunya bagi para sahabat, karena ia memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan selaku Rasul Allah.
a.       Cara Rasulullah menyampaikan hadits.
     Allah berfirman dalam Q.S. Al-Najm (53) : 3-4.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى,إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى
     Artinya: dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
     Kedudukan Nabi yang demikian ini otomatis manjadikan semua perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi sebagai referensi bagi para sahabat.
     Tempat-tempat yang biasa dijadikan pertemuan Rasulullah dengan para sahabat seperti di masjid, rumahnya sendiri, pasar, ketika dalam perjalanan atau safar dan ketika muqim berada di rumah. Ada beberapa cara Rasulullah menyampaikan hadits kepada para sahabat, yaitu:
Ø  Melalui para jamaah pada pusat pembinaannya yang disebut majlis al-‘ilmi.
Ø  Rasulullah menyampaikan haditsnya melalui sahabat tertentu, yang kemudian disampaikan kepada orang lain.
Ø  Melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka, seperti ketika haji wada’ dan futhuh makkah.

b.      Perbedaan para sahabat dalam menguasai hadits
             Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadits. Ada yang memiliki lebih banyak, tetapi ada yang sedikit sekali. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi keadaan tersebut:
a.       Perbedaan mereka dalam kesempatan bersama Rasulullah
b.      Perbedaan mereka dalam kesanggupan bertanya kepada sahabat lain
c.       Perbadaan mereka karena berbedanya waktu masuk ialam dan jarak tempat tinggal dari Rasulullah.
Beberapa orang sahabat yang banyak menerima hadits antara lain :
a.       Yang mula-mula masuk islam yang dinamai assabiqunal awwalun, seperti khulafaur rasyidin dan Abdullah ibnu Mas’ud
b.      UmmahatAl-Mukminin ( istri-istri Rasulullah ) seperti Siti Aisyah dan Ummu Salamah
c.       Para sahabat yang dekat dengan Rasul dan juga menuliskan hadits-hadits yang diterimanya seperti Abdullah Amr ibn Al-Ash
d.      Sahabat yang selalu bertanya secara bersungguh-sungguh seperti Abu Hurairah
e.       Yang lama hidupnya sesudah Nabi, dapat menerima hadits dari sesame sahabat, seperti Anas ibn Malik dan Abdullah ibn Abbas.
c. Menghafal dan Menulis hadits
a. menghafal hadits
Para sahabat dalam menerima hadist dari nabi, berpegang kepada kekuatan hafalannya, yakni menerimanya dengan jalan hafalan bukan dengan jalan menulis.Sahabat-sahabat Rasul yang dapat menulis sedikit sekali. Mereka mendengar dengan hati-hati apa yang Nabi sabdakan. Mereka melihat apa yang Nabi kerjakan. Dan mereka mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari Rasul.Karena tidaklah semua mereka pada setiap waktu dapat menghindari majlis Nabi. Para sahabat menghafal hadist dan menyampaikannya kepada orang lain secara hafalan pula.
Rasulullah bersabda:
d.      لا تكتبوا عني و من كتب عني غير القرا ن فليمحه و حد ثوا عني و لا حر ج و من كذ ب علي متعمدا فليتبوا مقعد ه من النا ر (رواه مسلم)
Artinya: “janganlah kalian tulis apa saja dariku selain Al-Qur’an. Barang siapa telah menulis dariku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Ceritakan saja apa yang diterima dariku, ini tidak mengapa. Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka”. (HR Muslim)
b. Menulis Hadits
Di balik larangan Rasulullah SAW. Seperti pada hadits Abu Sa’id Al-Khudri diatas, ternyata ditemukan sejumlah sahabat yang memiliki catatan-catatan dan melakukan penulisan terhadap hadits dan memiliki catatan-catatannya, seperti: Sahifah Abdullah Ibn Amer Ibn Ash yang dinamai “ ash shadiqad”. Sebagian sahabat menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan Abdullah.“ anda selalu menulis apa yang anda dengar dari nabi, padahal beliau kadang-kadang dalamm keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syari’ah umum“.
Mendengar itu Abdullah pergi bertanya kepada Nabi, “apakah boleh dia menulis hadits-hadits yang didengarnya dari Nabi”. Nabi menjawab yang artinya : “ tulislah apa yang anda dengar daripada ku, demi Tuhan yang jiwa ku ditangan Nya, tidak keluar dari mulut ku, selain kebenaran”.
      Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, larangan Rasulullah SAW. Menuliskan hadits adalah khusus ketika Al-Qur’an turun.Ini karena ada kekhawatiran tercampurnya naskah ayat Al-qur’an dengan Hadits. Al-Nawawi dan Al-Suyuthi memandang, bahwa larangan tersebut dimaksudkan bagi orang yang kuat hafalannya, sehingga tidak ada kekhawatiran akan terjadi lupa. Akan tetapi bagi orang yang khawatir lupa atau kurang kuat ingatannya, dibolehkan mencatatnya.

2.      Hadits dalam periode kedua ( masa khulafaur rasyidin)
Masa periode kedua (khulafaur rasyidin) yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib yang berlangsung sekitar tahun 11H sampai dengan 40 H. masa ini juga disebut dengan masa sahabat besar. Karena pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’an, maka periwayatan hadits belum begitu berkembang, dan kelihataanya berusaha membatasinya. Oleh karena itu, masa ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan ( al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).
Perintah mentablighkan hadits diberitakan oleh Abu Daud dan At Turmudzy dari riwayat Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah bersabda :
نَضَّرَاللهُامْرَأًسَمِعَمِنِّيْمَقَالَتِيْفَحَفِظَهَاوَوَعَاهَافَأَدَّاهَاكَمَاسَمِعَفَرُبَّمُبَلَّغِأَوْعٰىمِنْسَامِعٍ
Artinya: mudah-mudahan Allah mengindahkan seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dihafalkan dan dipahamkan dan disampaikan pada orang lain persis sebagai yang dia dengar karena banyak sekali orang yang disampaikan berita padanya, lebih faham daripada yang mendengarnya sendiri.
a.       Hadits dimasa Abu Bakar dan Umar bin Khattab
Perkembangan hadits dan membanyakkan riwayatnya, terjadi sesudah masa Abu Bakar dan Umar, yaitu masa Usman dan Ali.
Dalam masa khalifah-khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadits belum lagi diluaskan. Beliau-beliau ini mengerahkan minat umat ( sahabat) untuk menyebarkan al-Quran dan memerintahkan para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima riwayat-riwayat itu.
Sebab-sebab pada masa Abu Bakar dan Umar hadits tidak tersebar dengan pesat dikarenakan pada waktu itu, beliau lebih menekankan pada pengembangan al-Quran dan pengembanagan kebagusan tajwidnya, serta mencegah mereka membanyakkan riwayat.
b.      Hadits dimasa Utsman dan Ali.
Ketika pemerintahan dipegang oleh Utsman r.a, bergeraklah sahabat-sahabat kecil untuk mengumpulkan hadits dari sahabat-sahabat besar, sehingga mulailah mereka mencari hadits.
                        Cara-cara para sahabat Nabi  meriwayatkan hadits ada dua yaitu :
a.       Adakala dengan lafal asli, yakni menurut lafal yang mereka terima dari Nabi yang mereka hafal benar lafal dari Nabi.
b.      Adakala dengan memaknainya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya bukan lafalnya karena mereka tidak hafal lafalnya yang asli lagi dari Nabi SAW.
Hadits dalam periode keempat ( masa pembukuan dan pengumpulan hadits)
            Pembukuan dan pengumpulan hadits adalah pembukuan secara resmi yang berdasarkan perintah kepala negara, dengan melibatkan beberapa personil yang ahli dibidangnya.Bukan yang dilakukan secara perseorangan atau unuk kepentingan pribadi, seperti yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
            Usaha ini dimulai pada masa pemerintahan islam yang dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz (khalifah kedelapan dari kekhalifahan Bani Umayyah), melalui instruksinya kepda para pejabat daerah agar memperhatikan dan mengumpulkan hadits dari para penghafalnya. Kepada Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm (gubernur Madinah), ia mengirin instruksi yang berbunyi :
            “ perhatikan atau periksalah hadits-hadits Rasul SAW. kemudian tuliskanlah ! aku khawatir akan lenyapnya ilmu dengan meninggalkan para ulama ( para ahlinya ). Dan janganlah kamu terima kecuali hadits Rasul SAW.
Latar belakang munculnya pemikiran pembukuan dan pengumpulan hadits adalah:
a.       Ia khawatir terhadap hilangnya hadits-hadits dengan meninggalkan para ulama di medan perang
b.      Ia khawatir juga akan tercampurnya antara hadits-hadits yang shahih dengan hadits-hadits palsu.
Hadits dalam periode kelima (masa pentashihan dan penyusunan kaidah-kaidah hadits)
Mula-mula kebanyakan ulama islam mengumpulkan hadits-hadits yang terdapat dikota mereka masing-masing. Sebagian kecil saja diantara mereka yang pergi ke kota lain untuk kepentingan hadits.
Keadaan ini di pecahkan oleh Al-Bukhary.Beliaulah yang mula-mula meluaskan daerah-daerah yang dikunungi untuk mencari hadits.Beliau pergi ke Maru, Naisabur, Rei, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Damsyik, Qaisariyah, Asqolan, dan Himsah.
Ringkasnya, beliau membuat langkah mengumpulkan hadits-hadits yang tersebar di berbagai daerah.Enam belas tahun lamanya terus menerus Al-Bukhari menjelajah untuk menyiapkan kitab shahihnya.
Pada mula-mula dahulu ulama-ulama islam menerima hadits dari para perowi, lalu menulis kedalam bukunya, dengan tidak mengadakan syarat-syarat menerimanya dan tidak memperhatikan shahih tidaknya. Musuh yang berkedok dan berselimut islam melihat kegiatan-kegiatan ulama hadits dalam mengumpulkan hadits. Maka mereka pun menambah kegiatannya untuk mengacau balaukan hadits, yaitu dengan menambah-nambah lafalnya atau membuat hadits maudhu’.
Melihat kesungguhan musuh-musuh islam dan menginsafi akibat-akibat perbuatan mereka, bersungguh-sungguhlah ulama-ulama hadits membahas keadaan perawi-perawi dari berbagai segi : keadilan, tempat kediaman, masa dan lain-lain, memisahkan hadits-hadits yang shahih dari yang dhaif yakni mentashihan hadits.
Pembahasan mengenai diri pribadi perawi mewujudkan:
a.       Kaidah-kaidah hadits
b.      Illat-illat hadits
c.       Tarjamah perawi-perawi hadits.
Dimasa ini merupakan puncak dari usaha pembukuan hadits, kitab-kitab hadits mulai tersebar kedalam masyarakat dan disambut dengan antusias oleh masyarakat, kemauan menghafal, membukukan hadits semakin meningkat, tokoh central dalam perkembangan hadits dimasa ini adalah al-Bukhori karena beliaulah yang sangat gencar meluaskan daerah yang dikunjungi untuk mencari hadits.
Dimasa ini pula sudah dilakukan penyaringan hadits sahih oleh para ulama’, dan pekerjaan yang mulia ini kemudian diselelnggarakan dengan sempurna oleh Al-Imam Al-Bukhori dengan menyusun kitab Al-Famius Shahih.

2.3.Hikmah Mempelajari Sejarah Hadits
Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada abadmodern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikanide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan perubahan-perubahansupaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien, Problema- problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yangsama pada masa yang selanjutnya, Pembaharuan dapat dilakukandalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan ,politik dan lainsebagainya

2.4.Analisa
Dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan sejarah hadits, maka kita akan lebih meyakini hadits sebagai dasar hukum Islam yang ke dua setelah Al-Qur’an. Kita semakin yakin bahwa hadits berfungsi sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan di sekitar kita. Periode sejarah hadits diklasifikasikan ke dalam delapan periode dari periode pertama yakni periode Nabi Muhammad SAW hingga periode ke delapan yakni periode tahun 656 H sampai sekarang.
Hadits dijelaskannya melalui perkataan( aqwal), perbuatan (af’al), dan penetapan (taqrir) oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga apa yang di dengar, dilihat dan disaksikan oleh para sahabat merupakan pedoman bagi amaliah dan ubudiah umatnya terdahulu hingga saat ini.