DIKOTOMI PENDIDIKAN
ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Puspo Nugroho, M.Pd.I
![]() |
Disusun oleh kelompok 7:
1.
Sailin Nihlah (1410110068)
2.
Purwanto (1410110070)
3.
Ristiana Nisa’ (1410110074)
Kelas: B1-PAI
![]() |
|||
![]() |
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan
kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa, yakni
dalam bentuk tugas yang diberikan oleh bapak dosen dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami.
Yang kedua
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW,
sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau kita bisa kumpul di
tempat yang mulia ini.
Ucapan
terima kasih kepada bapak Puspo Mugroho, M.Pd selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah sederhana yang berjudul “Dikotomi
Pendidikan Islam” ini selesai tepat waktu.
Adapun dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab iu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I.
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG ...................................................................... 3
B.RUMUSAN MASALAH .................................................................. 4
BAB II.
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN DIKOTOMI PENDIDIKAN
ISLAM ................... 5
B.KONSEP PENDIDIKAN ISLAM ................................................... 7
C.KONSEP PENDIDIKAN UMUM ................................................... 9
D.IMPLIKASI DIKOTOMI PENDIDIKAN ...................................... 10
E.SOLUSI DIKOTOMI PENDIDIKAN ............................................. 12
BAB III.
PENUTUP
A.SIMPULAN....................................................................................... 15
B.SARAN .............................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk menapaki masa depan.
Pendidikan menjadi penting artinya karena melalui pendidikanlah yang menentukan
arah kehidupan melalui proses pembelajaran antar generasi. Bahkan kemajuan
suatu Negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan yang ada, semakin baik
kualitas pendidikannya, maka semakin baik kualitas Negara tersebut, begitu juga
sebaliknya.
Sedemikian
pentingnya pendidikan ini dalam hidup, maka pendidikan selalu menjadi ranah
hangat untuk diperbincangkan. Fonemena dualisme keilmuan yang sekarang melanda
umat Islam itu relative baru (kira-kira awal abad 19 M, ketika bangsa Islam
mulai dijajah). Dualisme lembaga pendidikan sekarang ini ada yang disebut
sekolah umum dan ada diistilahkan sekolah agama.
Dikotomi ilmu merupakan pemisahan antara ilmu-ilmu
agama dan non agama. Ilmu agama sendiri harus dan wajib dikuasai oleh setiap
muslim, tetapi ilmu nonagama merupakan anak tiri yang cenderung diacuhkan.
Keberadaannya dianggap pelengkap. Sehingga Umat Islam pada saat itu cenderung
mendalami ilmu agama sehingga mengesampingkan ilmu non agama atau sebaliknya.
Hal ini lah yang mengakibatkan Umat Islam terbelakang dalam hal sains dan
teknologi, yang selanjutnya peradabannya juga terbelakang.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang nantinya akan
terlibat dalam ranah pendidikan di Indonesia, maka perlu mengetahui pembahasan
tentang dikotomi pendidikan Islam di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas
dan diterangkan secara lebih jelas mengenai pembahasan dikotomi pendidikan
Islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dikotomi pendidikan
Islam?
2.
Bagaimana konsep Pendidikan Islam
dan Pendidikan Umum?
3.
Apa implikasi dari dikotomi
pendidikan di Indonesia?
4.
Bagaimana
solusi dalam menangani dikotomi pendidikan di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dikotomi Pendidikan Islam
Secara leksikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
dikotomi mempunyai pengertian sebgai pembagian atas dua kelompok yang saling
bertentangan.[1]
Sedangkan dalam arti lain, dikotomi diartikan
sebagai pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan.[2]
Dengan demikian dikotomi adalah segala hal yang membagi sesuatu menjadi dua
kelompok yang berbeda bahkan saling bertentangan antara kelompok tersebut.
Berarti pengertian dikotomi ilmu adalah membedakan, memisahkan ilmu menjadi dua
kelompok atau dua bagian yang saling berbeda dan bertentangan.
Istilah dikotomi ilmu adalah sikap atau paham yang
membedakan, memisahkan, dan mempertentangkan antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu non agama (ilmu umum). Beberapa diantaranya adalah ilmu akhirat dan
ilmu dunia. Ada juga yang menyebutnya dengan ilmu syar’iyyah dan ilmu ghairu
syar’iyyah, bahkan ada juga sebutan lainnya seperti al-‘ulum al-diniyyah
dan al-‘ulum al-‘aqliyyah. Dalam istilah bahasa Inggris maka perbedaan kata yang dipakai dikenal dengan Islamic
Knowledge dan Non Islamic Knowledge.[3] Adapun sikap
atau keadaan yang bersifat memisahkan, membedakan, dan mempertentangkan ilmu ke
dalam ilmu agama dan ilmu non agama disebut dengan sikap dikotomis terhadap
ilmu.
Istilah dikotomi ilmu itu hanya sekedar membedakan
atau mengklasifikasikan ilmu menjadi ilmu agama dan ilmu non agama, sebenarnya
tidak menjadi masalah selama tidak berlebihan, apalagi sampai melakukan
diskriminasi terhadap salah satu diantara keduanya. Sebenarnya dikotomi ilmu ke
dalam ilmu agama dan non agama bukanlah hal yang baru. Islam telah mempunyai
tradisi dikotomi ini lebih dari seribu tahun silam. Tetapi dikotomi tersebut
tidak menimbulkan terlalu banyak problem dalam sistem pendidikan Islam, hingga
system pendidikan sekuler Barat diperkenalkan ke dunia Islam melalui imperialism.
Problematikanya adalah ketika paradigma dikotomi ilmu menjadi bagian dari sudut
pandang umat Islam yang mengeliminir salah satu ilmu dengan mengklasifikasikan
antara high education dan low education atau suprioritas ilmu dan
inferior ilmu.
Secara klasifikasi, memang mereka membedakan keduanya,
akan tetapi secara prinsip mereka memposisikan dalam status dan kedudukan yang
sama, sehingga keduanya mendapat porsi yang sama untuk dieksplorasi,
menyebabkan adanya interaksi simbiosis-mutualisme antara kedua ranah ilmu
tersebut. Artinya, antara satu dengan yang lainnya bukan merupakan antithesis
terhadap yang lainnya, namun beriringan menjadi “dwi-tunggal” yang saling
memberikan kontribusi.
Pandangan dan sikap keilmuwan di zaman Nabi Muhammad
SAW yang memposisikan ilmu secara parallel tersebut menyebabkan eksplorasi
terhadap ilmu selain ilmu agama sudah mulai dilakukan meskipun dalam kadar yang
sangat sederhana. Bahkan nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan kepada
pengikutnya yang beriman dan bertaqwa untuk menjauhi dunia yang merupakan media
dalam menggapai kesempurnaan hidup. Nilai-nilai ini tampak pada waktu Islam
lahir pada pertengahan pertama abad ke-7 M, bangsa Arab dikelilingi oleh
bangsa-bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi dan megah, seperti Persia,
Romawi, Yunani, dan India.[4]
Sudah ada semacam ilmu yang kemudian sedikit banyak mempengaruhi terhadap
perkembangan ilmu agama Islam.
B.
Konsep
Pendidikan Islam
1.
Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara bahasa adalah tarbiyah Islamiyah. Sedangkan secara terminologi
ada beberapa istilah tentang pendidikan Islam diantaranya: Pendidikan Agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab
suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
serta penggunaan pengalaman.
Pendidikan
Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam atau sesuatu
upaya dengan ajaran Islam, memikir, merumuskan dan
berbuat berdasarkan nilai- nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[5]
Dari pandangan ini, dapat
dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar transfer knowledge tetapi lebih mrupakan suatu sistem yang ditata
di atas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu
sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan.
2.
Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan
pendidikan Islam harus sinkron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidikan individu
mukmin agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan Islam adalah
perubahan yang di ingini yang diusahakan dalam proses
pendidikan atau usaha pendidikan untuk menyampaikannya, baik dalam tingkah laku individu,
dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat., serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada
proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai
proporsi di antara profesi asasi dalam masyarakat.[6]
Ke depan tujuan
pendidikan (lembaga sekolah) harus dibenahi, agar nantinya masyarakat
tidak lagi menganggap bahwa pendidikan bukanlah tujuan untuk
mencari pekerjaan setelah lulus nantinya.
3.
Kurikulum
Pendidikan Islam
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar
mengajar di bawah bimbingan, tanggung jawab sekolah, atau merupakan batasan
pelajaran yang dipakai lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
tertentu pada setiap berakhirnya pelajaran, atau juga batasan pelajaran yang diberikan kepada murid dalam marhalah
atau tingkatan yang ditentukan.
Pendidikan
sebagai ajang pengalihan, pelestarian dan pengembangan budaya mempunyai lima faktor mendasar, yaitu pendidik, peserta didik atau pelajar, metode, kurikulum dan evaluasi. Kelima faktor tersebut, merupakan satu sistem yang saling terkait satu sama lain. Meskipun demikian, ada
faktor yang paling dominant dari kelima faktor tersebut yaitu tentang kurikulum. Karena kurikulum yang menentukan arah tujuan dari sebuah pendidikan itu sendiri.
Adapun
Kurikulum Pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis yang diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Kurikulum juga merupakan kegiatan
yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta
didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran
strategi belajar mengajar, pengaturanpengaturan program agar dapat diterapkan,
dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan sampai
tujuan yang diinginkan. Melalui konsep dasar kurikulum tersebut dapat disusun
“ teori kurikulum”.
C.
Konsep
Pendidikan Umum
1.
Pengertian
Pendidikan Umum
Dalam
SK Mendiknas No. 008-E/U/1975 disebutkan bahwa pendidikan umum ialah pendidikan yang bersifat
umum, yang wajib diikuti oleh semua siswa dan mencakup program pendidikan moral pancasila yang berfungsi bagi pembinaan warga
Negara yang baik. Pendidikan umum itu mempunyai beberapa tujuan :
a.
Membiasakan siswa berfikir obyektif, kritis dan
terbuka
b.
Memberikan pandangan tentang berbagai jenis nilai
hidup, seperti kebenaran, keindahan dan
kebaikan.
c.
Menjadi manusia yang sadar akan dirinya, sebagai
makhluk, sebagai manusia, sebagai pria dan wanita,
dan sebagai warga Negara.
d.
Mampu menghadapi tugasnya, bukan saja karena
mengeuasai bidang profesinya, tetapi karena mampu
mengadakan bimbingan dan hubungan sosial yang baik dalam
lingkungannya
Pendidikan
umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
2.
Fungsi Pendidikan Umum
Dalam Undang-Undang
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dikatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dilihat
dari fungsi pendidikan umum, manusia mempunyai potensi-potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan
pendidikan nantinya dapat menggali potensi yang dimiliki
seseorang tersebut. Kemampuan seseorang tidak akan terlihat tanpa adanya
pendidikan. Kata membentuk watak diatas mengartikan bahwa manusia
tercipta dalam keadaan fitrah. Oleh karenanya dengan pendidikan merupakan
pembentukan watak, sikap karakter individu. Mencerdaskan kehidupan bangsa
disini artinya pemerintah berupaya untuk menanggulangi banyaknya buta
aksara dan buta huruf, sehingga ketika semua rakyat mendapatkan pendidikan
kehidupan berbangsa akan berjalan dengan baik.
D.
Implikasi
Dikotomi Pendidikan
Secara umum, menganalisis dan mengevaluasi implikasi
logis sesuatu terhadap sesuatu yang lain adalah dengan melihat keadaan sebelum
dan sesudah sesuatu itu terjadi.[7]
Pendidikan agama melalui madrasah, institut agama, dan pesantren dikelola oleh
Departemen Agama, sedangkan pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah
menengah, dan kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Pendidikan Islam tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan
Islam secara teoritik sehingga hanya menghasilkan seorang Islamolog, tetapi
pendidikan Islam juga menekankan pada pembentukan sikap dan perilaku yang
Islami dengan kata lain membentuk manusia Islamist. Berikut
implikasi adanya dikotomi pendidikan:
1.
Munculnya
Ambivalensi Orientasi Pendidikan Islam
Salah satu dampak negatif dari dikotomi sistem
pendidikan terutama di Indonesia adalah munculnya ambivalensi orientasi
pendidikan Islam.[8] Disini
bisa kita amati, dalam pendidikan pesantren masih dirasakan adanya kekurangan
dalam program pendidikannya. Misalnya saja,
pendidikan dalam bidang muamalah yang mencakup penguasaan berbagai disiplin
ilmu dan keterampilan. Ada anggapan bahwa seolah semua itu bukan merupakan
bidang garapan Islam, melainkan garapan khusus pendidikan sekuler.
Ketika orientasi pendidikan mengalami dikotomi maka
akan berimbas pada kurikulum atau materi yang disampaikan. Dalam suatu materi
akan ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu non agama. Sehingga salah satu
dari keduanya akan ada yang dikesampingkan dan akan ada yang diutamakan.
2.
Kesenjangan
antar Sistem Pendidikan Islam dan Ajaran Islam.
Sistem pendidikan yang masih bersifat ambivalen
mencerminkan pandangan dikotomis yang memisahkan ilmu- ilmu agama dengan ilmu-
ilmu umum. Pandangan ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Islam memiliki ajraran integralistik yang mengajarkan bahwa urusan dunia tidak
terpisahkan dengan urusan akhirat, akan tetapi merupakan satu kesatuan. Oleh
karena itu, ilmu-ilmu umum harus dipahami sebagai bagian yang integral dari
ilmu- ilmu agama.[9] Agama Islam tidak melarang kita untuk mempelajari ilmu-ilmu umum.
Untuk kebutuhan hidup kita di dunia, maka kita pun harus mempelajari,
mengetahui, lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan
untuk membantu kita dalam hidup di dunia yang akan menghantarkan untuk
kehidupan di akhirat.
![]() |
3.
Disintegrasi
Sistem Pendidikan Islam
Dengan adanya dikotomi pendidikan hal ini akan
membawa dampak terjadinya disintegrasi sistem pendidikan yaitu ketidakpaduan
dan ketidakpastian hubungan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Di dalam memandang ke dua ilmu tersebut tidak adanya persamaan dalam
menilai, lebih cenderung akan ada salah satu yang menjadi tujuan pokok suatu
lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga kedua ilmu
tersebut tidak dapat berjalan beriringan dan menjadi satu kesatuan yang padu.
E.
Solusi
dalam Menangani Dikotomi Pendidikan di Indonesia
Pendidikan Islam Terpadu merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi terjadinya dikotomi pendidikan. Tetapi pendidikan
Islam Terpadu ini bisa dilakukan dengan syarat bahwa dua sistem pendidikan yang
ada di negara-negara muslim itu bisa dilebur dalam satu sistem, asal dasar
filosofisnya tetap Islam. Corak pendidikan Islam terpadu adalah Integrasi atau
perpaduan dari berbagai sistem pendidikan yang ada, tanpa adanya dikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Sehingga dapat melahirkan sistem pendidikan
yang dijiwai Islam.[10]
Islam tidak pernah menganggap adanya
dikotomi ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan dan agama merupakan satu
totalitas yang integral yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan akal bagi manusia untuk mengkaji dan
menganalisis apa yang ada dalam alam ini sebagai pelajaran dan bimbingan bagi
manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia. Uraian di atas menggambarkan
kepada kita bahwa dalam ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahakan antara satu dengan yang lainnya dalam
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.[11]
Kedua ilmu tersebut harus dimiliki secara integral,
agar fungsi manusia sebagai abid dan kholifah dapat terlaksana dengan maksimal.
Untuk menciptakan sistem pendidikan yang terpadu yang mampu mengkomodir seluruh
potensi peserta didik dengan utuh, sehingga menghasilkan manusia yang paripurna
(insan kamil), maka perlu adanya keterpaduan yang harmonis dalam semua komponen
pendidikannya. Adapun elemen- elemen yang harus dipadukan dalam sistem
pendidikan ini, antara lain :
1.
Keterpaduan
Keilmuan
Para ilmuan muslim mengklasifikakan semua cabang ilmu
menjadi 2 bagian, yaitu:
Pertama :
al-ulum al-naqliyah yaitu ilmu-ilmu yang
disampaikan lewat wahyu, tetapi juga melibatkan akal, yakni ilmu-ilmu agama.
Kedua :
al-ulum al- aqliyah yaitu ilmu-ilmu intelektual
yang diperoleh sepenuhnya melalui penggunaan akal (rasio) dan pengalaman
empiris yang disebut sains.
Kedua bagian ilmu ini diibaratkan dengan dua sisi dari
satu mata koin yang tidak bisa terpisahkan. Kedua ilmu agama dan ilmu umum ini
di pandang sebagai suatu kesatuan yang terpadu yang harus dikuasai oleh setiap
muslim untuk meningkatkan daya saing. Perimbangan penguasaan sains dan
teknologi dengan keimanan dan ketaqwaan yang dipadukan dengan proporsi yang
seimbang agar tidak ketinggalan zaman.
2.
Keterpaduan
Kurikulum
Ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dapat dipadukan
menjadi isi materi kurikulum. Integrasi imu agam dan ilmu umum dalam kurikulum
terpadu bisa dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif,
artinya porsi pendidikan umum dan pendidikan agama diberikan secara seimbang.
Sedangkan secara kualitatif, artinya menjadikan pendidikan umum diperkaya
dengan nilai-nilai agama dan pendidikan agama diperkaya dengan muatan yang ada
dalam pendidikan umum.
3.
Islamisasi
Ilmu Pengetahuan
Islamisasi adalah upaya membangkitkan kembali semangat
umat Islam dalam ilmu pengetahuan melalui penalaran intelektual dan
pengembangan ilmiah dan filosofis yang berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al- Qur’an dan Hadits. Sedangkan Islamisasi ilmu pengetahuan berarti
mengislamkan atau melakukan penyucian terhadap sains produk barat yang selama ini
dikembangkan dan dijadikan acuan dalam wacana pengembangan sistem pendidikan
Islam agar diperoleh sains yang bercorak islami.[12]
Sehingga dalam proses pendidikan semua ilmu didasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits, di samping mempunyai keterampilan umum,
siswa juga memahami nilai-nilai islami yang terdapat dalam al-Qur’an dan
hadits.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Istilah dikotomi ilmu adalah sikap
atau paham yang membedakan, memisahkan, dan mempertentangkan antara ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu non agama (ilmu umum). Pendidikan agama melalui madrasah,
institut agama, dan pesantren dikelola oleh Departemen Agama, sedangkan
pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, dan kejuruan serta
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pendidikan
Islam tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan Islam secara teoritik sehingga
hanya menghasilkan seorang Islamolog, tetapi pendidikan Islam juga menekankan
pada pembentukan sikap dan perilaku yang Islami.
Berikut implikasi adanya dikotomi
pendidikan, yaitu: munculnya ambivalensi orientasi
pendidikan islam, kesenjangan antar sistem
pendidikan islam dan ajaran islam, disintegrasi system pendidikan
islam. Pendidikan Islam Terpadu merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi terjadinya dikotomi pendidikan. Maka perlu adanya keterpaduan yang
harmonis dalam semua komponen pendidikannya. Adapun elemen- elemen yang harus
dipadukan dalam sistem pendidikan ini, antara lain: keterpaduan keilmuan,
keterpaduan kurikulum, dan islamisasi ilmu pengetahuan.
B.
Saran
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah kita
bahas bersama, tentang Dikotomi Pendidikan Islam. Kami sadar
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami, dan kami sadar
bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Asy’ari dan Rusnil Bil Makruf, Dikotomi Prndidikan Islam, el-Hikmah
Jurnal kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, Vol.8 No.2 Desember 2014, hlm.9
Amrullah Syaifuddin. Desekularisasi
Pemikiran Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung, 1991, hlm 102
Baharuddin,
dkk, Dikotomi Pendidikan Islam: Historitas dan Implikasi Pada Masyarakat
Islam, Remaja Rosydakarya, Bandung, 2011
M. Arifin, Ilmu Pendidikan
Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2003
M. Zainuddin. Paradigma
Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul Albab, UIN-Malang Press, Malang, 2008
Muh
Tajab, Sintesa Atas Dikotomi Pendidikan Islam, Jurnal
Ilmu Tarbiyah “At-Tajhid”, Vol.3, No.2, Juli 2004
Mujammil Qamar, Epistemologi Pendidikan Islam,
Erlangga, Jakarta, 2006, hlm. 74
Taufik,
Peta
Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia: Telaah Dikotomi Pendidikan, Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.2,
Desember 2010
Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 2001, hlm. 264
Zuhairini, Filsafat Pendidikan
Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995
[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hlm. 264
[3] Ahmad
Asy’ari dan Rusnil Bil Makruf, Dikotomi Prndidikan Islam, el-Hikmah
Jurnal kajian dan PenelitianPendidikan Islam, Vol.8 No.2 Desember 2014, hlm.9
[7] Baharuddin,
dkk, Dikotomi Pendidikan Islam: Historitas dan Implikasi Pada Masyarakat
Islam, Remaja Rosydakarya, Bandung, 2011, hlm. 207
[8] Amrullah
Syaifuddin. Desekularisasi
Pemikiran Landasan Islamisasi, Mizan, Bandung, 1991, hlm 102
[9] M. Zainuddin.
Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul Albab, UIN-Malang Press, Malang, 2008, hlm 31
[11] Taufik, Peta Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia: Telaah Dikotomi
Pendidikan, Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.2, Desember 2010, hlm.4
[12] Muh Tajab, Sintesa Atas Dikotomi Pendidikan Islam, Jurnal Ilmu Tarbiyah
“At-Tajhid”, Vol.3, No.2, Juli 2004, hlm. 9
baca juga dualisme kelembagaan pendidikan islam https://goo.gl/6yYvRs
BalasHapus