PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Dr. M. Nur Ghufron, S.Ag., M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas B1-PAI
1.
M.
Humam Abdillah (1410110072)
2.
Ristiana
Nisa’ (1410110074)
3.
Amalia
Maulida (1410110075)
4.
Sya’idatur
Rohmah (1410110076)
5.
Nurul
Hidayah (1410110077)
6.
Nisaul
Hafiya (1410110078)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan
pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang
harus dikuasai Guru Agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan
mendesain pembelajaran. Seorang Guru penidikan agama Islam perlu memiliki
Kompetensi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses
pembelajaran.
Adapun bentuk
kompetensi guru penidikan agama Islam diantaranya adalah dituntut untuk banyak
berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya adalah
berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam
proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan
yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara
belajar bagaimana belajar.
Sebelum kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan, seorang guru harus mengetahui dan memahami dasar
strategi pembelajaran, khusunya mata pelajaran PAI. Pemilihan strategi
pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan awal
siswa, integritas bidang studi/pokok bahasan, alokasi waktu dan sarana
penunjang, jumlah siswa, pengalaman dan kewibawaan pengajar, yang semuanya itu
akan dijelaskan pada bab selanjutnya dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian strategi pembelajaran PAI?
2.
Apa
saja jenis-jenis strategi pembelajaran PAI?
3.
Bagaimana
pemilihan strategi pembelajaran PAI?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi Pembelajaran PAI
Strategi
dalam artian umum adalah suatu penataan potensi dan sumber daya agar dapat
efisien memperoleh hasil sesuai rancangan. Oleh karena itu, strategi dapat
dikatakan juga sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Newman dan logan, dalam bukunya Strategy,
Policy and Central Management, strategi dasar dariseetiap usaha (termasuk
belajar mengajar) akan mencakup empat hal,[1]
yaitu:
1.
Mengidentifikasi,
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) yang harus dicapai
dan harus menjadi sasaran usaha.
2.
Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama.
3.
Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh.
4.
Mempertimbangkan
dan menetapkan tolak ukur dan patokan ukuran dengan mengadakan evaluasi hasil
usaha.[2]
Pembelajaran
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam definisi ini terkandung makna
bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan
metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan.[3]
Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran.[4]
Strategi
pembelajaran adalah rencana dalam rangka membantu siswa dalam usaha belajarnya
untuk mencapai setiap tujuan belajarnya. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan
bahan ajar atau satu unit produksi sebagai media pembelajaran.[5]
B.
Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran PAI
1.
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah usaha (pembelajaran) yang
mengubah perilaku atau mendapatkan pengetahuan dan keterampilan secara gotong
royong, berkelompok atau kerja sama.[6]
Pada dasarnya, pembelajaran kelompok (cooperative
learning) ini mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku
kerjasama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih di mana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok
itu sendiri.
Strategi
pembelajaran kooperatif (SPK) dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama
atau gotong royong dalam pembelajaran yang menekankan terbentuknya hubungan
antara siswa yang satu dengan yang lainnya, terbentuknya sikap dan perilaku
yang demokratis serta tumbuhnya produktivitas kegiatan belajar siswa. [7]
2.
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa atau peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Dengan
pembelajaran kontekstual, diharapkan kegiatan pembelajaran tidak akan
didominasi oleh guru (teacher centered) akan tetapi sebaliknya peserta
didiklah yang akan beraktifitas lebih banyak daripada guru (student centered).
Dari pemahaman tersebut, maka peran guru adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
informasi.[8]
3.
Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan aplikasi dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada guru (teacher centered approach). Melalui strategi ini
guru atau pendidik menyampaikan materi pembelajran secara terstruktur dengan
harapan materi pelajaran yang dismapaikan dapat dikuasai peserta didik dengan
baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic
achievement) peserta didik.[9] Strategi
pembelajran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentuk
sistem instruksionl mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peseta didik
secara langsung.[10]
4.
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi
pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada peserta didik (student centered approach). Hal ini
karena dalam strategi pembelajaran inkuiri, peserta didik memang memegang peran
yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.[11] Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.[12]
Strategi
inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
dengan cara tanya jawab antara guru dan peserta didik.[13]
5.
Strategi Pembelajaran Individual
Pembelajaran
individual adalah pembelajaran yang menekankan pada cara belajar siswa yang
sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuannya. Dalam praktik pembelajaran
individual di kelas, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.
guru
harus menyadari adanya tingkat perkembangan kognitif anak sehingga guru harus
memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
b.
orientasi
perhatian guru lebih kepada siswa secara individual daripada kelompok karena
adanya perbedaan perkembangan kognitifnya.
c.
adanya
kontrol siswa terhadap cara belajarnya sendiri. Ada kemungkinan waktu yang
diperlukan berbeda untuk setiap siswa pada tugas yang sama.
6.
Strategi Pembelajaran Guided Note Taking
Guided note taking
adalah strategi pembelajaran di mana seorang guru meyiapkan suatu bagan, skema
(handout) sebagai media yang dapat membantu siswa dalam membuat catatan
ketika seorang guru sedang menyampaikan pelajaran. Strategi ini dianggap
sebagai salah satu solusi untuk membuat siswa lebih berkonsentrasi saat guru
sedang menjelaskan pelajaran. Tujuan strategi guided note taking adalah
agar materi pelajaran yang disampaikan, mendapat perhatian siswa, terutama pada
kelas yang jumlah siswanya cukup banyak.[14]
C.
Pemilihan Strategi Pembelajaran PAI
Pemilihan
strategi pembelajaran memuat dua hal penting, yaitu pemilihan strategi belajar
yang harus dilakukan oleh peserta didik dan pemilihan strategi belajar yang
dilakukan oleh guru. Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses berfikir
yang digunakan peserta didik yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk
proses memori dan meta kognitif.
Sedangkan
strategi mengajar berkaitan dengan pendekatan, metode, dan teknik yang dikuasai
dan digunakan guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut mempunyai
kemampuan yang handal dalam memilih strategi belajar yang diharapkan bagi
peserta didiknya. Disamping itu, guru juga dituntut mempunyai kepiawaian dalam
memilih pendekatan, metode, dan teknik mengajar yang benar-benar dibutuhkan
oleh peserta didiknya.[15]
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih
strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti
berdasarkan pada penetapan.
1. Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak
bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada
akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut
dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan
pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka
melakukan proses pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan
suatu strategi yang harus digunakan guru.
Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan
pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik. Kompetensi tersebut
merupakan titik tolak penentuan strategi yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan
indikator hasil belajar yaitu:
a.
Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar.
b.
Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan
c.
melalui peformance siswa.
d.
Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance nya
Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan
pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience
(peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition
(kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantÃtas hasil
belajar).
2.
Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar
merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada
siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan
hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat
melakukan pretes tertulis, tanya jawab di awal pelajaran.
Dengan
mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode
pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa. Apa metode yang akan kita pergunakan?
Sangat tergantung juga pada pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi
pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan
kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau
memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan
metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan
ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran,
pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami
prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi
mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak
analisis, dan memecah masalah.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan karakteristik peserta didik adalah sebagai
berikut :
a.
Kematangan
mental dan kecakapan intelektual
Setiap peserta
didik memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lain. Kematangan
dan kecakapan intelektual yang dimiliki juga berbeda, meskipun ditinjau dari
aspek usia sejajar atau sama. Oleh karena itu strategi yang digunakan harus
benar-benar bermanfaat sesuai dengan tingkat kematangan dan kecakapan
intelektual.
b.
Kondisi
fisik dan kecakapan psikomotor
Pemilihan
strategi pembelajaran juga disesuaikan dengan kondisi fisik dan kecakapan
psikomotor peserta didik. Kecakapan psikomotor meliputi, gerakan-gerakan
jasmani, seperti kekuatan fisik, kecepatan, koordinasi dan flesibilitas.
c.
Umur
Umur merupakan
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan strategi pembelajaran.
d.
Jenis
kelamin
Meskipun dalam
pelaksanaan proses pembelajaran tidak ada perbedaan antara peserta didik
laki-laki dan perempuan, namun terkadang ada perbedaan dalam hal-hal lain;
seperti halnya minat dan cara belajar, kebiasaan, kecakapan, psikomotor, dan
perhatian.
3.
Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga
meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi
pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara
terintegritas.
Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan
umum. Kedua, program pendidikan akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama,
PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum.
Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan keterampilan.
Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah
(kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.
Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan bahan ajar yang
akan disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Setiap bahan ajar memiliki
karakteristik tersendiri, bahan ajar yang satu dengan yang lain itu berbeda.
Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam
pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa
berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di
lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari
bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui
di antaranya:
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara
guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya.
Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik
mental maupun intelektual.
b.
Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif,
yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap
subjek belajar.
c.
Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang
menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata
ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan
bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan
sumber- sumber belajar yang relevan.
d.
Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak
secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencobaoba,
berpikir intuitif atau bereksplorasi.
e.
Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk
membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus
dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan
siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh
nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
4.
Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran
satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembelajaran
itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan,
chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Dalam kurikulum pembelajaran terdapat sejumlah
kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik dalam kurun waktu tertentu,
misalnya satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk mencapai standar
kompetensi ataupun kompetensi dasar tersebut, guru mengembangkan bahan ajar
dalam proses pembelajaran. Kemudian menyampaikan kepada peserta didik. Dalam
penyampaiannya diperlukan strategi yang tepat agar mencapai sasaran. Penentuan
alokasi waktu dalam setiap tema dalam materi ajar sangat berpengaruh terhadap
strategi yang dipilih oleh guru dalam menyampaikan materi ajar.
Sedangkan apabila sarana
dan prasarana lengkap sesuai kebutuhan, strategi pembelajaran yang dipilih
harus benar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan optimal. Apabila hal
itu tidak dilakukan, tentu menimbulkan kemubadziran saja. Sebaliknya apabila
sarana dan prasarana belajar kurang lengkap, guru yang bijaksana tentu tidak
menyerah dengan keadaan begitu saja, guru harus mengatur mempersiapkan diri
bagaimana memilih strategi pembelajaran yang tepat. Tanpa mengurangi hak
peserta didik untuk belajar dalam suasana yang kondusif, menyenangkan, penuh
kreatifitas dan bergairah.[16]
5.
Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu
mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses
belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama
pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan
tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan
mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan
latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu,
maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan
biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat
Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang,
dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat
idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang.
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah
lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak
kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan
siswa. Disamping metode ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan
diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian
umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebutuhan individual
lebih
dapat dipenuhi.
6.
Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru
yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman
adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru
berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang
bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah
bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami
seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam
keberhasilan belajar akan tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru
peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat,
merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat
umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi,
membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan
tetapi profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama
dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki
pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service)
tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978).
Di samping berpengalaman, guru harus
berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru
karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang
akademik dan sosial. Guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti
oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang
mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah luntur oleh
perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru
adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi,
meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua
lapisan masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran.
2.
Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran PAI
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif
b. Strategi Pembelajaran Kontekstual
c. Strategi Pembelajaran Ekspositori
d. Strategi Pembelajaran Inkuiri
e. Strategi Pembelajaran Individual
f. Strategi Pembelajaran Guided Note Taking
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran diantaranya tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan awal
siswa, integritas bidang studi/pokok bahasan, alokasi waktu dan sarana
penunjang, jumlah siswa, pengalaman dan kewibawaan pengajar.
B.
Saran
Penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat
dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Maksudin, Pengembangan
Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2015.
Heni Mularsih,
Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama, Makara Sosial Humaniora, Vol. 14, No. 1,
2010.
Surya Dharma,
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, 14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya,
Jakarta, 2008.
Abdul Majid dan
Chaerul Rochman, Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014.
Heri Gunawan, Kurikulum
Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012.
Suyadi, Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karekter, PT Rosdakarya, Bandung, 2013.
Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2008.
Rini Dwi
Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, Nore Media Interprise, Kudus,
2011.
[1] Maksudin, Pengembangan
Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2015, hlm. 95.
[2] Ibid., hlm.
96.
[3]Heni Mularsih,
Strategi Pembelajaran, Tipe Kepribadian Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama, Makara Sosial Humaniora, Vol. 14, No. 1,
2010, hlm. 67.
[4] Surya Dharma,
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, 14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya,
Jakarta, 2008, hlm. 3.
[5] Heni Mularsih,
Op Cit., hlm. 67.
[6] Ibid, hlm.
233.
[7] Ibid, hlm.
234.
[8] Heri Gunawan, Kurikulum
Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 249
[9] Suyadi, Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karekter, PT Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm.146-147
[10] Iskandarwassid
dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2008, hlm. 29-30
[11] Suyadi, Op.cit.,
hlm.117
[12] Surya Dharma, Op.cit.,
hlm.36
[13] Ibid., hlm.116
[14] Heri Gunawan, Op
Cit., hlm. 261.
[15] Rini Dwi
Susanti, Strategi Pembelajaran Bahasa, Nore Media Interprise, Kudus,
2011, hlm. 24.
[16] Ibid, hlm.
30.