EVALUASI PENDIDIKAN
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits II (Tarbawi)
Dosen pengampu: Teguh Mukidin, S.Ud, M.Hum
Disusun oleh kelompok 6:
1.
Annisa Wahyu Apriliani (1410110066)
2.
Ristiana Nisa’ (1410110074)
Kelas: B
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metodologi
pembelajaran di sekolah disampaikan sebagian guru dengan fokus utama kognitif
yang sibuk mengajarkan pengetahuan dan peraturan agama, akan tetapi bagaimana
menjadi manusia yang baik, penuh kasih sayang, menghormati sesama, peduli pada
lingkungan, membenci kemunafikan dan kebohongan dan sebagainya justru luput
dari perhatian.
Dari
ungkapan-ungkapan sebagaimana terurai di atas, dapat dimengerti bahwa
pelaksanaan pendidikan di sekolah menghadapi sejumlah permasalahan yang
mendesak untuk dipecahkan. Jika tidak, dikhawatirkan justru misi utama yang
hendak diemban malah tidak atau kurang mencapai sasaran.
Evaluasi atau
penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami,
dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses penilaian
harus didasarkan atas suatu selang waktu, bukan sesaat saja. Hasil
belajar anak yang diperoleh melalui evaluasi itu tidak hanya sekedar untuk
diketahui dan dipahami guru, tetapi yang lebih penting ialah agar dapat
digunakan untuk tujuan tertentu seperti kenaikan kelas, meluluskan murid dan
sebagainya. Pada makalah ini
pembahasan lebih difokuskan pada evaluasi dalam pembelajaran di sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian evaluasi pendidikan?
2.
Apa hadits yang berkaitan dengan evaluasi pendidikan?
3.
Apa saja ruang lingkup dan alat evaluasi pendidikan di sekolah?
4.
Bagaimana prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?
5.
Apa saja fungsi evaluasi bagi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah
kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab:
al-Taqdir (التقدير), dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan
demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation =
al-Taqdir al-Tarbawiy=التقدير التربوى) dapat diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan.
Adapun dari segi istilah pengertian
evaluasi menurut beberapa ahli adalah:
1.
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauhmana
tujuan pendidikan dapat dicapai.
2.
Cronbach, Stufflebeam dan Alkin mengartikan evaluasi dengan menyediakan
informasi untuk membuat keputusan.
3.
Malcolm dan Provus mendefinisikan evaluasi sebagai
perbedaan apa yang ada dengan standar untuk mengetahui apakah ada selisih. atau
penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa
obyek.
Melihat dari
uraian di atas maka dapat diketahui adanya perbedaan pendapat diantara para
ahli tentang definisi dari evaluasi. Namun demikian secara garis besar masih
ada titik temunya. Berkaitan dengan evaluasi dalam pembelajaran
pendidikan maka yang dimaksudkan adalah
ingin mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berbicara tentang pengertian
istilah Evaluasi pendidikan, di tanah air kita, Lembaga Administrasi Negara
mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendiddikan sebagai berikut:
1.
Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditentukan
2.
Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi
penyempurnaan pendidikan.[1]
BAGAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN[2]
B. Hadits tentang Evaluasi
Pendidikan
Ada hadits yang menggambarkan tentang evaluasi
pendidikan, antara lain:
عَنْ اَبِيْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قال رسول الله ص.م: اِنَّ اللهَ لاَ
يَنْظُرُ اِلَى اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلَى صُوَرِكُمْ وَلٰكِنْ يَنْظُرَ اِلَى
قُلُوْ بِكَمْ وَاَعْمَا لِكُمْ (رواه مسلم)
Artinya:
“Dari
Abu Hurairah RA, beliau berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
memandang dan menilai dari tubuh dan gambarmu (kuantitas), akan tetapi Allah
memandang dan menilai dari hati dan amalmu” (H.R. Muslim).
Evaluasi merupakan penilaian
dari sebuah aktifitas termasuk pendidikan, evaluasi dapat dilakukan ketika
aktifitas itu berproses dan aktifitas itu berakhir, dengan adanya evaluasi atau
penilaian semua kegiatan termasuk kegiatan pendidikan akan terkontrol, terukur
dan teramati, dan ketika sudah diketahui hasilnya maka kegiatan akan
ditingkatkan, kekurangan akan diperbaiki dan ditambah, dan disempurnakan untuk
kegiatan selanjutnya.
Beberapa
hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu:
1.
Sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan
secara berkesinambungan.
2.
Dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk
menunjang keputusan yang akan diambil.
3.
Kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan
pendidikan yang dilakukan Nabi kepada para sahabatnya, ketika dilihat dari cara
penyampaian materi hadits kepada para sahabatnya adalah dengan cara yang
sederhana dan praktis, namun ketika dianalisis lebih lanjut bahwa praktek
kependidikan yang dijalankan oleh Nabi sudah memuat beberapa aspek pendidikan
yaitu pendidik, anak didik, metode, sarana dan media, materi, bahkan sampai
evaluasinyapun. Karena Nabi sendiri merupakan evaluator pertama dan utama dalam
menilai kemampuan, kecerdasan sahabat sampai kepada sikap, tingkah laku, dan
tindakan sahabat, sehingga ketika sahabat melanggar atau tidak mengerjakan
perintah dari Nabi, maka Nabi akan
mengingatkannya, atau sahabat tidak melakukan kewajiban dan aturan yang yang
ada maka Nabi sendiripun yang akan mengingatkannya. Inilah uniknya evaluasi
pendidikan yang dilakukan Nabi secara menyeluuh, baik itu di majlis taklim,
masjid, musholla, lapangan, sampai dijalan atau dimasyarakat, Nabi selalu
mengevaluasi semua kegiatan dan tindakan sahabat, karena sahabat yang
prilakunya baik akan kelihatan dengan sendirinya dan sahabat yang prilakunya
buruk juga akan terlihat juga, karena Rasulullah disamping mengetahui aspek
lahir juga dibantu Allah untuk untuk mengetahui aspek batin, karena Allah
menilai seseorang bukan dari aspek lahir namun dari aspek batin. [3]
C.
Ruang Lingkup Evaluasi
Secara umum, ruang lingkup dari evaluai dalam bidang
pendidikan di sekolah mencangkup tiga komponen utama, yaitu: evaluasi mengenai
program pengajaran, evaluasi mengenai proses pelaksanaan pelajaran, evaluasi
mengenai hasil belajar (hasil pengajaran)
1.
Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi atau penilaian
terhadap program pengajaran akan mencangkup tiga hal, yaitu:
a.
Evaluasi terhadap tujuan pengajaran
b.
Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c.
Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar
2.
Evaluasi Proses Pelaksanana Pelajaran
Evaluasi mengenai proses
pelaksanaaan pengajaran akan mencangkup:
a.
Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan
garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan
b.
Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran
c.
Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
d.
Minat atau perhatian siswa di dalam mengikuti pelajaran
e.
Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung
f.
Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya
g.
Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran
berlangsung
h.
Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa
i.
Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh di dalam kelas
j.
Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari
kegaiata-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
3.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar
pesrta didik ini mencangkup:
a.
Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan
pengajaran
b.
Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan
pengajaran.[4]
Selanjutnya, dalam sebuah evaluasi terdapat
alat yang digunakan, guna mendukung proses tersebut. Alat pengukur tersebut
adalah teknik tes dan teknik non tes.
1.
Teknik Tes
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang
perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus di jawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan).[5]
2.
Teknik Non Tes
Tknik non tes ini pada umumnua
memegang perana yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar pesrta
didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah
keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sebagaimana
telah dikemukakan sebelum ini, lebih banya digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain)[6]
Teknik non tes yaitu:
a.
Pengamatan (Observation/ at-Taammul)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat mengukur atau menilai
hasil dari proses belajar, misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru
pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas, tingkah laku peserta didik
pada saat jam-jam istirahat atau pada saat terjadinya kekosongan pelajaran, dan
sebagainya.
b.
Wawancara (Interview/ al-Hiwar)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara
adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakaan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah
serta tujuan yang telah ditentukan.
Dalam wawancara, evaluator melakukan tanya
jawab lisan dengan pihak-pihak yang diperlukan, misalnya wawancara dengan
peserta didik, wawancara dengan orang tua atau wali murid, dalam rangka
menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian terhadap peserta didiknya.
Butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang perlu, guna mengungkap
kebiasaan hidup sehari-hari dari pesrta didik, hal-hal yang disukai atau tidak
disukai, cara belajarnya, dan sebagainya. [7]
D.
Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan
baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar
yaitu: prinsip keseluruhan, prinsip kesinambungan, prinsip obyektivitas.
1.
Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan
istilah prinsip komprehensif (comprehensive). Dengan prinsip
komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat,
utuh atau menyeluruh.
Harus senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak
boleh dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong, melainkan
harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi hasil
belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan
perkembangan atau perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan
benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi hasil belajar disamping dapaat
mengungkap aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat
mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective
domain) dan aspek keterampilan (pasychomotor domain) yang melekat
pada diri masing-masing individu peserta didik. Jika dikaitkan dengan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka evaluasi hasil belajar dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam itu hendaknya bukan hanya mengungkap pemahaman
peserta didik terhadap ajaran-ajaran agama islam, melainkan juga harus dapat
mengungkap sejauh mana peerta didik dapat menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam trsebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2.
Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip
kontinuitas (continuity). Dengan prisip kesinambungan dimaksudkan disini
bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari waktu ke waktu.
Dengan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan
terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang
dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik,
sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka
mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh itu.
Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator (guru,dosen dan
lain-lain) dapat memproleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan
langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil
untuk masa-masa selanjutnya.
3.
Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas (objectivity) mengandung makna, bahwa
evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila
dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif.
Sehubungan dengan itu dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar,
seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut keadaan
yang senyatanya, tidak dicampuri kepentingan-kepentingan yang bersifat
subyektif. Prinsip ketiga ini sangat penting, sebab apabila dalam melakukan
evaluasi unsur-nsur subyektif menyelinap masuk kedalamnya, akan dapat menodai
kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri.[8]
E.
Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi sebagai proses setidak-tidaknya memiliki tiga
macam fungsi pokok atau fungsi umum, yaitu: mengukur kemajuan, menunjang
penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan pentempurnaan kembali.
Dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang
sudah dapat diselesaikan, tahapan manakan yang berjalan dengan mulus, dan mana
pula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanannya. Wal hasil, dengan
evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur seberapa jauh atau
seberapa besar kemajuan atau
perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan.
Setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu:
1.
Hasil evaluasi itu tenyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa
lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai
dengan yang direncanakan
2.
Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan, atau bahkan menghawatirkan,
dengan alasan bahwa berdasarkan hadil evaluasi ternyata dijumpai adanya
penyimpangan-penyinpangan, hambatan atau kendala, sehingga mengharuskan
evaluator untuk bersifat waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian
ulang terhadap rencana yang telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara
pelaksanaannya.
F.
Analisis
Menurut analisis kami, bahwa sesungguhnya
sebuah evaluasi dalam pendidikan khususnya dalam hasil belajar sangatlah
dipentingkan. Kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat
disoroti dari dua sisi, yaitu dari peserta didik dan dari sisi pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan
secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka
untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah
kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap hasil belajar
siswa misalnya, maka para siswa akan mengetahui apakah dirinya termasuk siswa
yang berkemampuan tinngi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan
memberikan kepastian atau ketetapan hati pada diri pendidik tersebut, sudah
sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa
hasil, sehinnga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang
pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan
selanjutnya
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Evaluasi dalam pembelajaran
pendidikan maka yang dimaksudkan adalah
ingin mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi merupakan penilaian
dari sebuah aktifitas termasuk pendidikan, evaluasi dapat dilakukan ketika
aktifitas itu berproses dan aktifitas itu berakhir, dengan adanya evaluasi atau
penilaian semua kegiatan termasuk kegiatan pendidikan akan terkontrol, terukur
dan teramati, dan ketika sudah diketahui hasilnya maka kegiatan akan
ditingkatkan, kekurangan akan diperbaiki dan ditambah, dan disempurnakan untuk
kegiatan selanjutnya.
Evaluasi sebagai proses
setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok atau fungsi umum, yaitu:
mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan
pentempurnaan kembali.
B.
Saran
Semoga
kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah kita bahas bersama, tentang evaluasi
pendidikan.
Kami sadar
bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah kami, dan kami sadar
bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hisyam Zaini, Desain
Pembelajaran, Yogyakarta: CTSD, 2002
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cetakan ke 12
Anas Sudijono, Pengantar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013
Ahmad falah, Hadits Tarbawi,
Kudus: Nora Media Enterprise, 2010
Suyanto, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar