Senin, 30 November 2015

METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB



METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Tafsir II (Tarbawi)
Dosen pengampu: Mufatihatut Taubah, S.Ag, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 8:
1.         M. Amrul Hakim  (1410110045)
2.         Faizatun Nikmah  (1410110058)
3.         Ristiana Nisa’        (1410110074)
Kelas: B








 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
          JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode Pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pengajaran.
Metode yang baik tidak akan mencapai tujuan bila guru tidak lihai menyampaikannya. Begitu juga sebaliknya metode yang kurang baik dan konvensional akan berhasil dengan sukses, bila disampaikan oleh guru yang kharismatik dan berkepribadian, sehingga peserta didik mampu mengamalkan apa yang disampaikannya tersebut.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan di jelaskan sedikit tentang beberapa metode pengajaran dalam perspektif Al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
2.      Bagaimana metode diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
3.      Apa kekurangan dan kelebihan metode diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
4.      Apa saja hikmah yang terkandung dalam metode diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teks Ayat
Surat An-Nahl (16): 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ   ﴿۱۲۵﴾
 
Surat An-Nahl (16): 43

 ….فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾

 

B.     Terjemahan Ayat
Terjemahan ayat surat An-Nahl (16): 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Terjemahan ayat surat An-Nahl (16): 125

Artinya: “….Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”.


C.     Asbabun Nuzul
            Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut.
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya (andai kata ada sabab an-nuzul-nya).
D.    Munasabah Ayat
E.     Pendapat Para Mufassir
1.      Pengertian Diskusi/Mujadalah
Mujadalah (al-Hiwar)[1] dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Menurut pendapat Quraish Shihab dalam kitabnya Al-Mishbah dijelaskan bahwa jidal/perdebatan adalah metode yang digunakan untuk menghadapi Ahl al-Kitab dan penganut agama-agama lain dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian melalui diskusi dengan wajah yang baik kalimat lemah lembut dalam berbicara.[2]
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun.[3] Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke “Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.

2.      Pengertian Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, begitu pula sebaliknya, siswa bertanya guru menjawab.

Dalam surat an-nahl ayat 43 yaitu :
….فسئلوا اهل الذكر ان كنتم لا تعلمون

Artinya: “….Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”.

Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, masing–masing punya kelebihan dan kekurangan. Apa yang diketahui oleh guru atau dosen belum tentu diketahui oleh siswa, begitu pula sebaliknya, apa yang diketahui oleh siswa belum tentu pula diketahui oleh guru. Makannya apa yang tidak kita ketahui, tanyakanlah kepada orang lain atau tanyakan kepada ahlinya.

 

3.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

a.       Kelebihan Metode Diskusi:

1)      Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang di bicarakan.

2)      Dapat menjalani hubungan sosial antara individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis.
3)      Hasil diskusi dapat dipahami oleh siswa karena mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi. 
4)      Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mengetahi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk disiplin dan menghargai pendapat orang lain.
b.      Kekurangan Metode Diskusi:
1)      Adanya sebagian siswa yang kurang berparsitipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak  ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2)      Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang.
3)      Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.

4.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
a.       Kelebihan Metode Tanya Jawab
1)      Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa ke arah berfikir secara aktif
2)      Siswa terlatih berani mengemukakan pertanyaan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.
3)      Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu.
b.      Kekurangan Metode Tanya Jawab
1)      Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh guru  karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa.
2)      Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan.
3)      Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan–pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat, baik oleh guru maupun siswa. [4]



F.      Analisis
                Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan (جادلهم بالتى هي احسن) bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik Esensi dari ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan bermujadalah hanya dengan cara yang terbaik, sehingga salah satu cara dalam menyeru manusia kepada kebenaran.
Berdasarkan penafsiran para mufassir, dapat diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya ahsan, mengandung arti sebagai berikut:
1.      Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan yang baik, bersikap tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang dada.
2.      Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan suasana yang nyaman dan santai serta saling menghormati
3.      Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
Bila diaplikasikan ke dalam pendidikan Islam maka mujadalah dapat dijadikan suatu metode pendidikan agama Islam sebagai metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan.














BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdakwah juga harus jadihum billati hiya ahsan, mendebat dengan cara yang lebih baik. Tanpa bertindak dzolim terhadap orang yang menentang ataupun sikap peremehan dan pencelaan terhadapnya. Sehingga seorang dai merasa tenang dan merasakan bahwa tujuannya berdakwah bukanlah untuk mengalahkan orang lain dalam berdebat. Akan tetapi untuk menyadarkan dan menyampaikan kebenaran kepadanya. Jiwa manusia pasti memiliki sifat sombong dan membangkang. Dan itu tidak bisa dihadapi kecuali dengan cara kelembutan, sehingga jiwanya tidak merasa dikalahkan. Yang paling cepat bergolak dengan hati adalah bobot sebuah ide/ pendapat, dan bobot/ nilainya itu ada pada jiwa-jiwa manusia. Maka meremehkan penggunaan pendapat sama saja dengan merendahkan kewibawaan, kehormatan dan eksistensinya.
Berdebat dengan cara yang baik inilah yang akan meredakan keangkuhan yang sensitif itu. Orang yang diajak berdebat itu pun akan merasakan bahwa dirinya dihormati dan dihargai. Seorang dai tidak diperintahkan kecuali mengungkapkan hakikat yang sebenarnya dan memberikan petunjuk kepadanya dijalan Allah, jadi bukan untuk membela dirinya, mempertahankan pendapatnya, atau mengalahkan pendapat orang lain! agar seorang dai bisa mengendalikan semangat dan motivasi dirinya, konteks ayat Al-Qur'an memberikan petunjuk bahwa Allah lah yang lebih mengetahui siapa saja yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.





DAFTAR PUSTAKA

Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta. 2002.
Nata Abuddin, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, PT. Raja Grafindo, Jakarta. 2013.
Suparta Munzier dan Hefni Harjani, Metode Dakwah, Prenada Ilmu, Jakarta.
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru. 2011.
Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002


[1] Suparta Munzier dan Hefni Harjani, Metode Dakwah, Prenada Ilmu, Jakarta. 2003. Hlm: 19
[2] Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta. 2002. Hlm: 386
[3] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru. 2011. Hal: 156
[4] Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, Hlm 43-44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar