METODE
DISKUSI DAN TANYA JAWAB
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Tafsir II (Tarbawi)
Dosen pengampu: Mufatihatut Taubah, S.Ag,
M.Pd.I
Disusun
oleh kelompok 8:
1.
M.
Amrul Hakim (1410110045)
2.
Faizatun Nikmah (1410110058)
3.
Ristiana
Nisa’ (1410110074)
Kelas:
B
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran sebagai kitab suci
umat Islam, di dalamnya memuat berbagai informasi tentang seluruh kehidupan
yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat
manusia, sebagai sumber pedoman dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya
adalah hal yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan merupakan faktor
penting yang menentukan kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa
meningkatkan kualitas hidupnya.
Metode merupakan hal yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak
menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Metode Pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari
sumber pokok ajaran yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai tuntunan dan pedoman
bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama
tentang metode pengajaran.
Metode yang baik tidak akan mencapai tujuan bila guru tidak lihai
menyampaikannya. Begitu juga sebaliknya metode yang kurang baik dan
konvensional akan berhasil dengan sukses, bila disampaikan oleh guru yang
kharismatik dan berkepribadian, sehingga peserta didik mampu mengamalkan apa
yang disampaikannya tersebut.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai
informasi tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena
memang Al-Qur’an diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber
inspirasi dan sumber ilmu pengatahuan. Salah satunya adalah hal yang berkaitan
dengan pendidikan. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan di jelaskan sedikit tentang beberapa metode pengajaran
dalam perspektif Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
2. Bagaimana metode
diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
3. Apa kekurangan
dan kelebihan metode diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125 dan 43?
4. Apa saja hikmah
yang terkandung dalam metode diskusi dan tanya jawab menurut Q.S An-Nahl: 125
dan 43?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teks Ayat
Surat An-Nahl (16): 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿۱۲۵﴾
Surat An-Nahl (16): 43
….فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾
B.
Terjemahan Ayat
Terjemahan ayat surat An-Nahl (16): 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Terjemahan ayat surat An-Nahl (16): 125
Artinya: “….Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”.
C.
Asbabun Nuzul
Para mufasir
berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang
turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah
Rasulullah SAW menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud,
termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi
menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan
pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
Meskipun
demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim
ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an-
nuzul-nya (andai kata ada sabab an-nuzul-nya).
D.
Munasabah Ayat
E.
Pendapat Para Mufassir
1.
Pengertian Diskusi/Mujadalah
Mujadalah (al-Hiwar)[1] dalam
konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata
“ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi
ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh
persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Menurut pendapat
Quraish Shihab dalam kitabnya Al-Mishbah dijelaskan bahwa jidal/perdebatan
adalah metode yang digunakan untuk menghadapi Ahl al-Kitab dan penganut
agama-agama lain dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang
halus, lepas dari kekerasan dan umpatan. Hal senada juga disampaikan oleh
Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa mujadalah ini adalah cara penyampaian melalui
diskusi dengan wajah yang baik kalimat lemah lembut dalam berbicara.[2]
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika
berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir’aun.[3]
Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah
yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode
diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam
kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan
peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang
dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi
mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada
pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai
individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian
dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali
potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiah
dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator,
stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke
“Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu
para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.
2.
Pengertian Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, begitu pula sebaliknya, siswa bertanya guru menjawab.
Dalam surat
an-nahl ayat 43 yaitu :
….فسئلوا اهل الذكر
ان كنتم لا تعلمون
Artinya: “….Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”.
Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, masing–masing punya kelebihan dan kekurangan. Apa yang diketahui oleh guru atau dosen belum tentu diketahui oleh siswa, begitu pula sebaliknya, apa yang diketahui oleh siswa belum tentu pula diketahui oleh guru. Makannya apa yang tidak kita ketahui, tanyakanlah kepada orang lain atau tanyakan kepada ahlinya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a. Kelebihan Metode Diskusi:
1) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang di bicarakan.
2) Dapat menjalani
hubungan sosial antara individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri,
toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis.
3)
Hasil diskusi dapat dipahami oleh siswa karena
mereka secara aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi.
4)
Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan
mengetahi aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan
dan sikap mereka untuk disiplin dan menghargai pendapat orang lain.
b. Kekurangan Metode
Diskusi:
1) Adanya sebagian
siswa yang kurang berparsitipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan
sikap acuh tak acuh dan tidak ikut
bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.
2) Sulit
meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu
panjang.
3) Para siswa mengalami
kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau
sistematis.
4. Kelebihan dan
Kekurangan Metode Tanya Jawab
a. Kelebihan Metode Tanya
Jawab
1) Kelas akan
menjadi hidup karena siswa dibawa ke arah berfikir secara aktif
2) Siswa terlatih
berani mengemukakan pertanyaan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
3) Dapat
mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu.
b. Kekurangan Metode Tanya
Jawab
1) Waktu yang
digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh
guru karena banyaknya pertanyaan yang
timbul dari siswa.
2) Kemungkinan
terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban
yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan.
3) Jalannya
pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya
pertanyaan–pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawab secara tepat,
baik oleh guru maupun siswa. [4]
F.
Analisis
Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan (جادلهم بالتى هي احسن) bantahlah mereka dengan
cara yang lebih baik Esensi dari
ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan bermujadalah hanya dengan
cara yang terbaik, sehingga salah satu cara dalam menyeru manusia kepada
kebenaran.
Berdasarkan
penafsiran para mufassir, dapat diketahui bahwa mujadalah bi al-lati hiya
ahsan, mengandung arti sebagai berikut:
1.
Bantahan yang lebih baik, dengan memberi
manfaat, bersikap lemah lembut, perkataan yang baik, bersikap tenang dan
hati-hati, menahan amarah serta lapang dada.
2.
Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka
berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan suasana yang nyaman dan santai
serta saling menghormati
3.
Perbantahan atau pertukaran pikiran dengan baik
yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat.
Bila diaplikasikan ke dalam pendidikan Islam
maka mujadalah dapat dijadikan suatu metode pendidikan agama Islam sebagai
metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdakwah juga
harus jadihum billati hiya ahsan, mendebat dengan cara yang lebih baik.
Tanpa bertindak dzolim terhadap orang yang menentang ataupun sikap peremehan
dan pencelaan terhadapnya. Sehingga seorang dai merasa tenang dan merasakan
bahwa tujuannya berdakwah bukanlah untuk mengalahkan orang lain dalam berdebat.
Akan tetapi untuk menyadarkan dan menyampaikan kebenaran kepadanya. Jiwa
manusia pasti memiliki sifat sombong dan membangkang. Dan itu tidak bisa
dihadapi kecuali dengan cara kelembutan, sehingga jiwanya tidak merasa
dikalahkan. Yang paling cepat bergolak dengan hati adalah bobot sebuah ide/
pendapat, dan bobot/ nilainya itu ada pada jiwa-jiwa manusia. Maka meremehkan
penggunaan pendapat sama saja dengan merendahkan kewibawaan, kehormatan dan
eksistensinya.
Berdebat dengan
cara yang baik inilah yang akan meredakan keangkuhan yang sensitif itu. Orang
yang diajak berdebat itu pun akan merasakan bahwa dirinya dihormati dan
dihargai. Seorang dai tidak diperintahkan kecuali mengungkapkan hakikat yang
sebenarnya dan memberikan petunjuk kepadanya dijalan Allah, jadi bukan untuk membela
dirinya, mempertahankan pendapatnya, atau mengalahkan pendapat orang lain! agar
seorang dai bisa mengendalikan semangat dan motivasi dirinya, konteks ayat
Al-Qur'an memberikan petunjuk bahwa Allah lah yang lebih mengetahui siapa saja
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab M. Quraish, Tafsir
Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta. 2002.
Nata Abuddin, Pemikiran
Pendidikan Islam dan Barat, PT. Raja Grafindo, Jakarta. 2013.
Suparta Munzier dan
Hefni Harjani, Metode Dakwah, Prenada Ilmu, Jakarta.
Kadar M. Yusuf, Tafsir
Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru. 2011.
Usman
Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002
[1] Suparta Munzier dan Hefni Harjani, Metode Dakwah, Prenada Ilmu,
Jakarta. 2003. Hlm: 19
[2] Shihab M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati, Jakarta.
2002. Hlm: 386
[3] Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa Publishing, Pekanbaru.
2011. Hal: 156
[4]
Basyirudin
Usman, Metodologi Pembelajaran Agama
Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, Hlm 43-44.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar